by

MENUJU “ZERO CASE DAN ZERO DEATH” AKIBAT PENYAKIT RABIES BPPSDMP KEMENTAN GELAR BERTANI ON CLOUD VOLUME 234

MARGOPOST.COM | Bogor – Rabies merupakan suatu virus mematikan yang menular kepada manusia dari air liur hewan yang terinfeksi. Rabies biasanya menyebar melalui gigian hewan. Binatang yang paling mungkin menyebarkan rabies antara lain anjing, kucing, kelelawar, anjing utan, rubah, sigung dan rakun. Gejala yang timbul akibat penyakit rabies meliputi demam, sakit kepala, kelebihan liur, kejang otot, kelumpuhan dan kebingungan mental.

Menteri Pertanian Republik Indonesia Prof. Dr. H. Syahrul Yasin Limpo. SH., M.Si. MH. (SYL) telah mencanangkan Indonesia bebas rabies pada tahun 2030. Hal ini menurutnya sejalan dengan target global yang diprakarsai oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (OIE), Badan Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-bangsa (FAO), dan Global Alliance for Rabies Control (GARC).

“Hari ini, kita satukan tekad bersama untuk berantas rabies dengan program Pemberantasan Rabies secara bertahap di Seluruh Indonesia Tahun 2030 atau Prestas Indonesia 2030,” tegasnya.
Lebih lanjut Mentan SYL menyampaikan bahwa rabies merupakan masalah kesehatan bersama di Indonesia dan mengajak semua sektor termasuk pemerintah daerah dan masyarakat untuk terlibat langsung dalam program pengendaliannya dengan mengedepankan implementasi One Health.
Dalam rangka peningkatan kesadaran masyarakat terhadap rabies dan program pemerintah untuk mencapai, “Indonesia Bebas Rabies 2030” maka BBPKH Cinagara bekerja sama dengan Pusat Pelayanan Kesehatan Hewan dan Peternakan Provinsi DKI Jakarta menyelenggarakan siaran langsung mengenai penanganan dan antisipasi rabies dengan tema, “Menuju Zero Death Akibat Rabies 2024”. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat terhadap penyebaran rabies serta meningkatkan partisipasi masyarakat untuk melakukan vaksinasi rabies terhadap hewan peliharaannya.

Dalam arahannya Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Prof. Dr. Ir, Dedi Nursyamsi, M.Agr. mengungkapkan  “Untuk membangun pertanian termasuk peternakan ada beberpa hal yang harus kita pegang yang menetukan dan menjadi kunci peningkatan produktivitas dan produksi peternakan meliputi: 1) Benih/Bibit; 2) Nutrisi/Pakan; 3) Pengendalian OPT / Pengendalian Penyakit Hewan Menular (PHM)”, ujar Dedi.

Lebih rinci diuraikan bahwa “Yang pertama bibit harus berkualitas untuk menghasilkan keturunan yang baik, pejantan tangguh dan indukan yang unggul. Kemudian yang kedua komposisi pakan berkualitas harus betul-betul dikuasai baik kualitas maupun kuantitas, karena ternak membutuhkan semua itu, dengan komposisi sesuai tersebut, tentu akan mendongkrak pertambahan bobot yang menghasilkan proktivitas unggul berkualitas. Ketiga, pengendalian PHM sangat penting, karena kesehatan hewan sesungguhnya pendongkrak produktivitas dan produksi ternak kita. PHM harus benar-benar dilakukan dan diperhatikan dengan baik. Jangan sampai secara signifikan menurunkan produktivitas dan produksi ternak kita.” imbuh Dedi.

Kepala Balai Besar Pelatihan Kesehatan Hewan (BBPKH) Cinagara Dr. Wasis Sarjono, S.Pt., M.Si. mengharapkan program pemberantasan penyakit rabies harus dilaksanakan secara terpadu dan secepatnya dengan tetap mengacu pada faktor-faktor penghambat keberhasilan pemberantasan rabies antara lain dengan meningkatkan kesadaran masyarakat, khususnya pemilik ternak/hewan peliharaan terhadap bahaya rabies.

Melalui Bertani On Cloud Volume 234, BBPKH Cinagara mendukung penuh program pemerintah untuk mencapai, “Indonesia Bebas Rabies 2030” dan “Menuju Zero Death Akibat Rabies 2024”. Dengan meningkatnya kesadaran masyarakat, terkendalinya penyakit hewan menular serta peran semua pihak dalam konteks kolaborasi dengan instansi maupun dinas di seluruh indonesia, sehingga pencegahan penyakit rabies terformat dengan baik dan tujuan program pemerintah akan tercapai. [HUMAS BBPKH – 07/09/2023].

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *