by

Produk Laut Kita Tetap Nomor Satu di Dunia

Indonesia telah menjadi eksportir terbesar tuna di dunia. Indonesia memiliki keunggulan, antara lain, sebagai pemimpin dunia dalam segi legalitas dan traceability komoditi hasil laut.

MARGOPOST.COM | JAKARTA – Dubes Indonesia di Oslo Todung Mulya Lubis mengatakan, komoditi hasil laut Indonesia semakin mendominasi pasar dunia. Saat ini, Norwegia mengimpor beberapa produk ikan laut, seperti barramundi, tuna, red snapper, macarrel dan komoditi hasil laut lainnya, yakni kepiting (king crab), udang (emperor prawn atau shrimp), cumi-cumi, lobster, dan rumput laut.

Gencarnya pemberantasan IUU Fishing dan praktek penangkapan ikan (termasuk budidaya ikan) yang berkelanjutan menjadikan komoditi hasil laut Indonesia  semakin mendominasi pasar dunia di masa mendatang. Seperti diakui dunia, Indonesia termasuk pelopor penumpasan  Illegal, Unreported, Unregulated (IUU) Fishing dan pioneer dalam kerangka kerja sama The Agreement on Port State Measures (PSMA) FAO.

Todung Mulya Lubis saat berkunjung ke perusahaan Importir Norwegia Sletten Norge AS (sektor seafood) dan Scanesia AS (produk makanan/minuman kemasan) mendorong peran aktif SN-AS dalam meningkatkan volume dan nilai ekspor komoditi hasil laut Indonesia di Eropa, khususnya di Norwegia. Seiring itu dia juga mengundang partisipasi SN-AS dalam pameran perdagangan Trade Expo Indonesia (TEI) yang akan diadakan di ICE BSD Banten, pada Oktober mendatang, sekaligus pelaksanaan B to B Meeting dan mengunjungi sentra-sentra penangkapan, budidaya, pengolahan ikan lestari (sustainable fisheries) di Indonesia.

Pada pertemuan di kantor pusat Sletten Norge AS (SN-AS) di Oslo, CEO SN-AS Mani Sletten menyampaikan informasi mengenai beberapa produk yang selama ini diimpor langsung (direct) dari Indonesia, yaitu berbagai jenis ikan laut (barramundi, tuna, red snapper, dan macarrel) serta komoditi hasil laut lainnya, seperti kepiting (king crab), udang (emperor prawn/shrimp), cumi-cumi, lobster dan rumput laut.

Proses pembersihan, pemotongan, pengepakan (vacuum), dan pendinginan atau pembekuan komiditi  dilakukan di Indonesia selanjutnya dikirim ke Norwegia dengan kapal laut.

Volume rata-rata impor ke Norwegia sekitar 10-20 ton per minggu. SN-AS mendistribusikan produk yang diimpornya kepada whole-sellers di seluruh wilayah Norwegia dan Nordik, serta negara Eropa lainnya.

Kedaulatan Negara

Soal posisi Indonesia sebagai pengekspor ikan nomor satu itu juga dikatakan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti. Dalam salah satu talkshow bertajuk “Semangat Memperkuat Budaya untuk Bela Negara Generasi Milenial” di Universitas Sahid Jakarta, Selasa (9/4/2019), dia menyatakan bahwa usaha untuk menjaga kedaulatan negara dibuktikan dengan naiknya peringkat Indonesia sebagai pemasok tuna terbesar di dunia.

“Sekarang, Indonesia pemasok tuna terbesar  di dunia, pemasok kepiting nomor 1 di Amerika. Neraca perdagangan perikanan kita juga nomor 1 di Asia Tenggara,” ujarnya.

Sekitar satu dari enam tuna yang ditangkap di seluruh dunia, selama tiga tahun terakhir, berasal dari Indonesia, yang merupakan 16 persen dari produksi tuna dunia. Sebagai penghasil tuna terbesar, Indonesia menjadi pemasok utama pasar Jepang, Amerika, Uni Eropa, Korea, dan Hong Kong.

Sementara itu dalam catatan Perum Perindo, transaksi ekspor ke Jepang pada 2018 sebanyak 298,7 ton atau senilai 4,45 juta dolar AS. Negeri Sakura merupakan salah satu negara tujuan eskpor Perum Perindo, selain Amerika Serikat, Timur Tengah, dan beberapa negara di Eropa.

Pada kuartal yang sama tahun ini, Perum Perindo juga menjalin kerja sama dengan perusahaan yang berbasis di Amerika Serikat, ATA Group Companies Inc.

Keduanya sepakat bekerja sama dalam hal perdagangan dan pengembangan bisnis perikanan. ATA Group Companies Inc membeli ikan dari Perum Perindo senilai 150 juta dolar AS. Jenis produk perikanan yang diminati yaitu kerapu, udang, kepiting, dan tuna.

Sedangkan data Kementerian Kelautan dan Perikanan menyebutkan ekspor hasil perikanan Januari-Oktober 2018 sebanyak 915.000 ton, naik jika dibandingkan periode yang sama pada 2017 sebesar 862.000 ton.

Sedangkan dari sisi nilai, Januari-Oktober 2018 mencapai 3,99 miliar dolar AS, naik jika dibandingkan pada periode yang sama 2017 yang mencapai 3,61 miliar dolar AS.

Sebagaimana diwartakan, FAO memprediksi pasar seafood dunia pada 2024 mencapai 240 juta ton, di mana 160 juta ton di antaranya adalah dari perikanan budidaya.

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *