by

Dolar Kembali Tembus Rp15.000, Ini Faktor Pendorongnya

MARGOPOST.COM | — Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat pada perdagangan hari ini, mengalami pelemahan cukup dalam. Atau, melemah di kisaran 0,70 persen di bandingkan penutupan perdagangan di hari sebelumnya.

Berdasarkan data kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia, Selasa 2 Oktober 2018, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS rata-rata menyentuh level Rp14.988 per dolar AS, atau melemah dari perdagangan kemarin yang mencapai Rp14.905.

Bahkan siang ini pun kurs dolar sudah menyentuh Rp15.000. Berdasarkan transaksi nilai tukar di BCA, kurs jual dolar sudah bertengger di Rp15.015. Sedangkan kurs beli Rp14.960.

Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk, David Sumual menilai, faktor dominan yang memengaruhi tekanan pelemahan nilai tukar rupiah sedikit bergeser ke sektor domestik. Terutama, peningkatan permintaan dolar dalam negeri di kuartal III, yang mulai melonjak untuk impor minyak mentah akibat kenaikan harga yang disebabkan pasokan yang sedikit terhambat.

Namun, dia tidak memungkiri bahwa faktor kondisi bencana alam juga sedikit memengaruhi sentimen pasar. Karena, tentu akan memberikan tekanan yang cukup bagi sektor fiskal.

“Ya, mungkin juga ada ya, karena tentu akan menambah tekanan fiskal ya, karena perlu biaya. Tapi sebenarnya, pemerintah sudah ada pencadangan dana sih sebenarnya untuk bencana walaupun ada dua bencana berturut-turut, tetapi sudah ada dana yang disediakan,” katanya, saat dihubungi VIVA, Selasa 2 Oktober 2018.

Sementara itu, Ekonom Institute for Development of Economic and Finance (Indef), Bhima Yudhistira menambahkan, faktor global dan domestik sebetulnya sama-sama mendominasi pergerakan rupiah. Di mana, kenaikan harga minyak mentah hingga mencapai US$85 per barel atau melonjak 28 persen (ytd) disebabkan oleh berkurangnya pasokan paska boikot minyak Iran yang diserukan Trump.

“Bagi negara net importir minyak seperti Indonesia, naiknya harga minyak dapat menyebabkan defisit migas yang semakin lebar. Permintaan dolar secara alamiah akan terus meningkat. Wacana kenaikan harga BBM pun menjadi momok inflasi hingga akhir tahun 2018,” tuturnya.

Selain itu, lanjut dia, dari sisi kondisi eksternal diperparah oleh deadlock anggaran belanja pemerintah Italia. Hal ini dapat menimbulkan ketegangan di daerah Uni Eropa paska krisis utang tahun 2013 lalu.

Ditambah ketidakpastian keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Brexit) di bawah pemerintahan Theresa May menimbulkan pelemahan euro terhadap dolar AS sebesar 1,29 persen seminggu terakhir.

David dan Bhima pun sama-sama menilai, data-data perbaikan kondisi ekonomi AS yang diperkirakan terjadi pada September 2018, menyebabkan spekulasi terhadap kenaikan Fed rate yang lebih cepat dari prediksi awal.

Hal itu tergambar dari prediksi lapangan kerja bulan September, yang kembali mencatatkan kenaikan di atas 180 ribu orang. Alhasil, pengangguran di AS turun ke 3,8 persen atau terendah dalam 18 tahun terakhir.

“Untuk The Fed kan, mereka masih belum mengubah ekspektasinya. Kecuali, dia mengubah di tahun depan, misalnya mengubah dua kali atau bahkan tidak ada, malah bisa mendorong penguatan rupiah. Tetapi, sejauh ini sentimen The Fed masih negatif buat emerging market,” tegas David.

Karena itu, David dan Bhima sama-sama menilai bahwa pada perdagangan hari ini, rentang kisaran pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan sama-sama menyentuh level diatas Rp15.000 per dolar AS.

David memproyeksikan, rupiah akan ada di kisaran Rp14.900 sampai Rp15.020, sedangkan Bhima menilai di kisaran Rp14.950 sampau Rp15.060 per dolar AS.//viva/mp,ratu

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *