by

NAMRU 2 dan Penyakit Menular (virus)

NAMRU 2 dan Penyakit Menular (virus)

(gambar from google.com/virus picture)

Berbicara NAMRU memang sudah tidak menghangat lagi karena pada 16 Oktober 2009, pemerintah secara resmi telah menghentikan kerjasama dengan NAMRU-2. Penghentian kerjasama ditandai dengan sebuah surat. “Dengan hormat, pemerintah Republik Indonesia menyatakan pemberhentian kerjasama,” demikian isi surat Siti Fadilah kepada Duta Besar Amerika Serikat, Cameron Hume. Sebenarnya apa tujuan NAMRU ada di Indonesia? Sejauh ini apa manfaat yang diterima pihak Indonesia dari keberadaan laboratorium yang di kelola angkata Laut Amerika itu sehingga terus dipertahankan?

NAMRU mulai beroperasi di Indonesia lebih dari 30 tahun dengan tujuan untuk riset medis dan keilmuan yang berfokus pada penyaki-penyakit tropis dan menular. Kita ketahui bersama, Naval Medical Research Unit No 2 (NAMRU-2) adalah lembaga riset biologi Amerika di Indonesia yang bekerjasama dengan Rockefeller Institute Amerika. Mereka memiliki program rahasia yang dinamakan Viral Diseases Program (VDP), program riset yang meniliti epidemologi virus demam berdarah, influenza, ensefalitis, dan rickettsioses. Lembaga tersebut diketuai oleh David Rockefeller. Keberadaan NAMRU-2 sering dicurigai membawa misi rahasia Amerika, seperti mengembangkan senjata biologi pemusnah massal.

Kecurigaan tersebut sangat berdasar mengingat pidato David Rockefeller saat ia berbicara di hadapan Komisi Trilateral Amerika pada bulan Juni tahun 1991 silam. Rockefeller mengatakan, “Kami berterima kasih kepada harian Washington Post, harian New York Times, Time Magazine dan media cetak lainnya atas kebijaksanaan mereka mau menepati janji selama hampir empat puluh tahun ini. Kami sendiri tidak mungkin bisa mengembangkan rencana kami untuk dunia jika harus tunduk terhadap peraturan transparasi informasi.

Namun saat ini fasilitas kami lebih canggih dan kami siap untuk mendukung Amerika.” Laboratorium NAMRU-2 berada di Indonesia sejak 1975 berdasarkan perjanjian antara Pemerintah Indonesia dengan AS 16 Januari 1971. Keberadaannya sendiri bukan tanpa alasaan. Ini dikarenakan terjadinya wabah penyakit pes di Boyolali 1968 dan karena pemerintah Indonesia belum mampu menanggulangi wabah tersebut maka pemerintah Indonesia meminta bantuan AS.

Siti Fadilah Supari mantan Menteri Kesehatan secara terang-terangan melarang semua rumah sakit di Indonesia untuk mengirimkan sampel virus flu burung ke NAMRU. Sebab, kontrak kerjasama dengan Namru telah berakhir sejak Desember 2005 dan dalam bukunya yang berjudul ‘Saatnya Dunia Berubah’, Siti Fadilah Supari juga menyoroti WHO dan negara asing lainnya memanfaatkan sampel virus flu burung Indonesia untuk dibuat vaksin, yang selanjutnya dijual ke Indonesia dengan harga mahal.

Namun saat ini bukan berarti ditutupnya NAMRU-2, maka strategi Amerika mengendalikan sektor kesehatan Indonesia menjadi berakhir. Pasca ditutupnya NAMRU-2, IUC (Indonesia USAID Center for Biomedical and Public Health Center) yang diperkirakan menjadi organisasi baru Amerika di Indonesia dalam bidang kesehatan yang merupakan kerjasama yang dilaksanakan oleh Departemen Kesehatan Indonesia era setelah Siti Fadilah Supari dan Departemen Kesehatan Amerika.

Menurut Fahmi AP Pane, Staf Ahli Fraksi PPP DPR RI, kriteria peneliti AS di IUC dan klausul keistimewaan yang dulu diberikan kepada peneliti NAMRU-2, seperti kekebalan diplomatik dan kebebasan bergerak di seluruh wilayah Indonesia, mekanisme transfer material, dan lain-lain juga belum terjelaskan kepada DPR RI dan publik. Padahal, itu tergolong kepentingan publik sebagaimana Pasal 2 Undang-Undang No 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional.

Maka kita harus terus memantau pergerakan dari IUC ini, walaupun memang tidak dapat dipungkiri, karena keberadaan Namru-2 sendiri juga berperan sebagai alat diplomasi Amerika di dataran Asia Pasifik. Di Indonesia, NAMRU-2 boleh ditutup, tapi untuk beberapa negara lain di Asia Tenggara, seperti Laos, Singapura, Thailand, dan Kamboja mereka masih terus berjalan hingga detik ini. Diperlukan kebersamaan negara ASEAN untuk bisa memantau dan mengawasi keberadaan laboratorium riset biologi Amerika agar tidak menjadi alat penyebaran virus atau senjata biologi dikawasan ASEAN (MN)

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *