by

Fapet Unhas Gelar FGD Bahas Asuransi Usaha Ternak Sapi di Takalar

-Nasional-366 views

MARGOPOST.COM | – Focus Group Discussion (FGD) dengan peternak terkait AUTS/K melalui pendanaan riset Word Class University (WCU) Unhas diadakan di Desa Timbuseng Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar. Senin, (31/10/2022).

Kegiatan ini menghadirkan narasumber dari Dosen Penyuluhan Fakultas Peternakan (Fapet) Universitas Hasanuddin, Ilham Syarif SPt MSi dan Pengusaha ternak sekaligus sebagai trainer meat processing dan Halal Slaughter di Australia, Endi R.Olan

Kepala Desa Timbuseng Kaharuddin manyampaikan sambutannya “Terimakasih kepada Ibu dosen (Vidyahwati) karena telah mempercayai Desa Timbuseng untuk dijadikan sebagai lokasi penelitian dan telah mewadahi diskusi kepada warga kami terutama para peternak sapi.

“Saya selaku Kepala Desa sangat berharap agar peternak dapat mengasuransikan ternaknya agar peternak terlindungi kecurian ternak, kecelakaan ternak dan kematian ternak akibat penyakit” sambungnya.

Vidyahwati Tenrisanna SPt MSc PhD dalam sambutannya menyampaikan terimakasih kepada Kepala Desa, para Kepala Dusun, Tokoh masyarakat, Ketua dan anggota kelompok tani ternak yang sempat hadir pada kegiatan ini, telah memberikan izin dan kesempatan kepada Tim penelitian WCU mengadakan penelitian dan FGD tentang Analisa kesediaan peternak untuk membayar premi asuransi usaha ternak sapi (AUTS).

Ilham syarif SPt MSi dalam menyampaikan materinya terkait optimalisasi program asuransi usaha ternak sapi dan kerbau (AUTS/K). peternakan sapi potong merupakan usaha yang menjadi tantangan sekaligus sebagai peluang karena konsumsi daging nasional setiap tahun meningkat, kebutuhan sapi bisa dipenuhi 40% dari total kebutuhan daging secara nasional.

“Asuransi usaha ternak sapi potong di lindungi oleh otoritas jasa keuangan Nomor S-578/NB.II/2013 Peraturan Menteri Pertanian Nomor 40/Permentan/ SR.230/7/2015 telah ditetapkan Fasilitasi Asuransi Pertanian. Agar pelaksanaan asuransi usaha ternak sapi dapat berjalan lancar dan berhasil baik, perlu menetapkan Pedoman Bantuan Premi Asuransi Usaha Ternak Sapi” jelasnya.

Ilham menjelaskan, asuransi ini merupakan perlindungan bagi peternak dalam melakukann usaha ternak sapi potong karena asuransi bisa menggantikan sapi yang hilang karena kecurian, kecelakaan/beranak dan mati karena penyakit. Dalam program AUTS ini peternak hanya diwajibkan membayar premi sebesar 20% atau hanya sebesar 40.000 karena telah disubsidi oleh pemerintah sebesar 80% atau sebesar 160.000.

“Sebagai wujud keberpihakan pemerintah dalam upaya melindungi peternak dari risiko kematian dan/atau kehilangan sapi/kerbau, maka Kementerian Pertanian pada tahun 2020 mengimplementasikan Asuransi Usaha Ternak Sapi/kerbau (AUTS/K)” jelasnya.

Ilham menambahkan, AUTS/K diharapkan dapat memberikan perlindungan kepada peternak jika terjadi sapi/kerbau mati akibat penyakit, beranak, kecelakaan dan/atau kehilangan dengan mengalihkan kerugian kepada pihak lain melalui pertanggungan asuransi, serta mampu memberikan pendidikan kepada peternak dalam mengelola risiko dan sistem usaha peternakan yang baik.

“Namun dalam program AUTS ini banyak peternak yang melakukan kecurangan misalnya Sapi yang mati bukan merupakan sapi yang di daftar asuransi namun melaporkan kepada pihak berwajib (dinas peternakan) padahal hal tersebut tidak boleh dilakukan, apa lagi sampai berani bersumpah dan sebelumnya telah melakukan ttd diatas materai namun masih saja bayak yang melanggar perjanjian tersebut” jelasnya.

Endi dalam menyampaikan materinya menyampaikan bahwa peternak harus banyak melihat peternak-peternak di luar khusunya peternak yang ada di Asutralia yang memelihara sapi dengan system extensif atau di gembalakan sama yang dilakukan oleh peternak rakyat kita di Indonesia, hanya saja yang membedakan kita dengan mereka adalah konsitensinya sebagai peternak, mereka konsisten sebagai peternak sedangkan kita hanya menjadikan beternak sebagai tabungan dan masih mengerjakan banyak kerjaan seperti bertani dan menjadi buruh bangunan dan lain-lain”

“Peternak perlu menyusun konsep bagaimana ada satu hamparan yang disiapkan baik disewa bersama-sama atau lahannya di siapkan oleh pemerintah untuk merngurangi biaya produksi dalam budidaya agar desa Timbuseng dapat menjadi sentra penghasil sapi hidup dan daging dimasa yang akan datang” tambahnya.

Kegiatan Focus Group Disscution ini turut hadir anggota tim penelitian Ir Veronica Sri Lestari MSc dan Dr Ir Kasmiyati Kasim SPt MSi serta melibatkan mahasiswa Riskawati, Resky Aulia Putrid dan Marlina./ppt

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *