by

BIN Perkuat Pengetahuan Intelijen Sesdilu 60

-Nasional, Politik-2,761 views

Jakarta: Diplomat dan intelijen mempunyai kemiripan dalam melaksanakan tugas. Sama-sama pengumpul data untuk kepentingan nasional. Diplomat ditakdirkan menjadi mata dan telinga negara yang bertugas memantau perkembangan kondisi politik, ekonomi, termasuk sosial budaya negara tempat mereka ditugaskan. Mereka harus mampu mengumpulkan data dan informasi yang kemudian diolah menjadi bahan masukan kepada para pemangku kepentingan di dalam negeri.

Dalam menjalankan tugas tersebut diplomat juga dituntut untuk dapat menghindari analisa yang bersifat persepsi karena dapat menimbulkan multi-tafsir yang dapat melenceng dari informasi sebenarnya.

Keahlian semacam ini perlu ditingkatkan agar diplomat sebagai garda terdepan NKRI di luar negeri dapat merumuskan masukan dalam rangka deteksi dini dan peringatan awal. Hal tersebut juga akan menjadi referensi para pengambil keputusan dalam menentukan langkah pencegahan awal terhadap satu tantangan, hambatan, dan ancaman yang dapat mengganggu kepentingan nasional RI.

Dalam rangka meningkatkan kemampuan para Diplomat itulah, peserta Sekolah Dinas Staf Luar Negeri (Sesdilu) angkatan 60 menerima pencerahan dari Sundawan Salya, Pejabat Badan Intelijen Negara (BIN). Para Diplomat Muda diharapkan lebih jeli dan peka dalam memahami situasi atau perkembangan kondisi lingkungan strategis tingkat global, regional maupun domestik. (23/04)

“Diplomat harus peka dalam mengamati perkembangan lingkungan strategis di tingkat global, regional, maupun domestik yang tengah terjadi. Hal itu menjadi bahan masukan dalam rangka merumuskan tindakan cegah dini, peringatan awal, dan tindakan preventif” ungkapnya.

Beberapa aspek utama yang disorot oleh narasumber dalam mendukung kinerja intelijen, antara lain pengamanan dan teknik penggalangan informasi. Perlu adanya upaya sinergis yang berkesinambungan dari berbagai pihak terkait untuk mengatasi aneka isu strategis yang dihadapi Pemri baik ditataran domestik atau internasional yang berkembang dengan cepat. Hal ini memerlukan kerja sama dari berbagai pihak, baik pemerintah maupun non-pemerintah.

​“Sejumlah tantangan dalam pelaksanaan misi diplomasi Indonesia menjadi tugas berat para diplomat kedepan. Munculnya fenomena lone-wolf pasca tumbangnya ISIS sangat sulit dideteksi dengan sistem/alat intelijen konvensional. Untuk itulah peran diplomat diharapkan dapat memainkan peran strategis dalam menghadapi fenomena baru ini” ujarnya. (Sumber: Sesdilu 60/Kementerian Luar Negeri)

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *