by

Tingkatkan Produktivitas Ternak Nasional Kementan Latih Petugas Penanganan Ganggaun Reproduksi

MARGOPOST.COM | BOGOR – Dalam upaya meningkatkan populasi dan produktivitas ternak nasional, pelatihan mengenai penanganan gangguan reproduksi ternak kini semakin diprioritaskan oleh berbagai instansi terkait, termasuk Balai Besar Pelatihan Kesehatan Hewan Cinagara yang merupakan salah satu UPT satu-satunya yang menangani kesehatan hewan di bawah BPPSDMP Kementerian Pertanian.

Gangguan reproduksi, yang meliputi ketidaksuburan, keguguran, dan infeksi reproduksi, merupakan salah satu masalah utama yang menghambat laju peningkatan populasi ternak di tingkat nasional. Dengan demikian kehadiran petugas-petugas penanggulangan penyakit pada ternak yang professional sangat penting untuk ditingkatkan kompetensinya.

Dalam berbagai kesempatan, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menyampaikan, Sumber Daya Manusia (SDM) menjadi tulang punggung penggerak pembangunan pertanian. Karenanya sudah seharusnya SDM pertanian memiliki kualitas yang mumpuni.

Sementara, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), Idha Widi Arsanti, mengutarakan hal serupa.

“BPPSDMP akan terus berupaya mencetak SDM pertanian yang profesional, dan berdaya saing melalui pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan,” tutur Santi.

Pelatihan Gangguan Reproduksi Angkatan ke-4 ini resmi dibuka secara daring pada Jum’at (01/11/2024). Pelatihan yang diikuti oleh 27 orang peserta dari 4 Kabupaten (Cirebon 3 orang, Serang 4 orang, Jember 18 orang dan Minahasa Utara 2 orang) dibuka oleh Kapoksi Penyelenggaraan Pelatihan, Wilmy Rahmah Wirondas.

Dalam sambutannya Wilmy mengungkapkan bahwa pelatihan penanganan gangguan reproduksi ternak ini sangat penting bagi peternak dan penyuluh pertanian serta para petugas medik maupun paramedik veteriner agar dapat mendeteksi dini serta melakukan langkah-langkah pencegahan dan penanganan gangguan reproduksi dengan tepat.

Lebih lanjut Wilmy mengungkapkan program pelatihan ini meliputi pemahaman teori mengenai anatomi dan fisiologi reproduksi ternak, teknik identifikasi dini gangguan reproduksi, serta praktik lapangan untuk menangani kasus-kasus kesehatan reproduksi pada ternak.

“Pelatihan gangguan reproduksi akan dilaksanakan selama 14 hari dengan berbgaia metode pembelajaran baik secara teoritis maupun prkatis langsung di lapangan sebagai sarana pemantapan,” kata Wilmy.

Wilmy juga berharap melalui pelatihan, para peserta pelatihan dapat mengaplikasikannya di wilayah kerja masing-masing dan dapat mengatasi kasus-kasus gangguan reproduksi dan penanganannya dengan baik di lapangan. Sehingga mampu berkontribusi dalam meningkatkan populasi dan produktivitas ternak dalam pembangunan sektor peternakan yang berkelanjutan.

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *