MARGOPOST.COM | MEDAN – Tuntutan jaminan keamanan karkas, daging dan hasil samping yang dihasilkan oleh Rumah Potong Unggas/Rumah Potong Hewan Ruminansia (RPU/RPH-R) ,sebagai pangan asal hewan harus dilakukan pengawasan secara berkala di lapangan.
Petugas pemeriksa kesehatan daging (Keurmaster) merupakan ujung tombak di RPU/RPH-R dalam menjamin kesehatan produk hewan. Pemeriksaaan kesehatan karkas, daging, dan hasil samping dalam ruang lingkup unit kompetensi SKKNI mencakup hewan unggas, kambing, sapi dan babi.
Pemerintah mengambil langkah serius untuk memperketat pengawasan dan jaminan keamanan produk-produk asal hewan sebagai tanggapan terhadap meningkatnya kekhawatiran akan kesehatan masyarakat terkait dengan konsumsi produk-produk tersebut. Langkah ini diambil sebagai bagian dari upaya untuk memastikan bahwa semua produk yang beredar di pasaran memenuhi standar keamanan pangan yang ketat.
Menteri Pertanian Republik Indonesia, Andi Amran Sulaiman menyampaikan saat ini, keamanan produk hewan menjadi salah satu prioritas utama Kementerian Pertanian dalam rangka memastikan kesejahteraan dan keamanan konsumen.
“Kami memahami pentingnya memastikan bahwa produk-produk hewan yang dikonsumsi oleh masyarakat memenuhi standar kebersihan dan keamanan yang ketat,” kata Amran.
Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi mengatakan, tantangan terbesar adalah menyediakan pangan hayati, khususnya protein dari ternak yang benar-benar terjamin keamanannya.
Dedi juga mengatakan menyediakan pangan dari ternak adalah tugas yang besar, strategis, dan luar biasa.
“Untuk mencapai tujuan tersebut, diperlukan upaya yang luar biasa dari semua pelaku pembangunan pertanian, termasuk pelatihan dan peningkatan kualitas SDM yang berperan dalam sektor peternakan termasuk didalamnya petugas keurmasteur” sebut Dedi.
Balai Besar Pelatihan Kesehatan Hewan Cinagara yang merupakan salah satu UPT di bawah BPPSDMP kembali menggelar kerjasama Pelatihan Pemeriksa Kesehatan Daging (Keurmaster) berbasis SKKNI dengan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Asahan.
Pelatihan dimulai Senin (03/06) berlangsung selama lima hari. Peserta pelatihan diberi materi-materi dan keterampilan teknis yang terdiri dari sebelas unit kompetensi, sesuai dalam Keputusan Menteri Ketenagakerjaan RI No. 14 Tahun 2024.
Pembukaan berlangsung di Aula Cemara, Badan Pengembangan SDM Provinsi Sumatera Utara dihadiri oleh Wakil Bupati AsahanTaufik Zainal Abidin serta Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Asahan drh. Yusnina beserta jajaran dan tim widyaiswara, penjamin mutu pelatihan BBPKH Cinagara.
Dalam arahannya Wakil Bupati mengatakan “Kegiatan ini sangat bermanfaat bagi para peserta khususnya dan Asahan pada umumnya, mengingat Kabupaten Asahan dengan luas daratan mencapai 3.733 km2 yang terdiri atas lahan pertanian dan perkebunan, cenderung menjadi area strategis untuk peternakan” ujar Taufik.
“Data BPS tahun 2023 mencatat populasi sapi potong di Kabupaten Asahan mencapai 158.600 ekor, sehingga Kabupaten Asahan sudah surplus terkait ketersediaan pangan hewani khusunya daging sapi, bahkan mampu menyuplai pangan hewani sampai ke wilayah Sumatera Barat”, imbuhnya.
“Keterjaminan kesehatan hewan dalam pemenuhan kebutuhan daging sapi di Kabupaten Asahan diharapkan dapat menimbulkan kepercayaan bagi masyarakat sekitar maupun luar daerah Kabupaten Asahan untuk membeli ternak maupun memenuhi kebutuhan daging sapi yang berasal dari Asahan”, sebut Taufik saat membuka pelatihan secara resmi.
Peserta berjumlah 35 orang petugas Paramedik Veteriner, berasal dari berbagai wilayah yang tersebar di Kabupaten Asahan. Selama berlangsungnya pelatihan, peserta memperoleh pembekalan teori di kelas dan secara teknis di lapangan melalui praktik pemeriksaan kesehatan daging dan melakukan pendalaman kompetensi di Rumah Potong Hewan .
Widyaiswara profesional BBPKH Cinagara berkolaborasi dengan Tim dari Dinas maupun Praktisi dan Narasumber handal lainnya yang sudah memiliki kompetensi dalam substantif materi. Dengan demikian peserta menerima manfaat pembelajaran lebih berkualitas.
Comment