by

Kementan Masifkan Penanganan Gangguan Reproduksi Ternak di Indonesia

MARGOPOST.COM | BOGOR – Populasi ternak khususnya sapi di Indonesia, terus mengalami penurunan hal ini berdampak pada penurunan suplai daging dipasaran, sehingga memaksa untuk terus melakukan impor dari luar.

Untuk menekan laju impor suplai daging dari luar, pemerintah Indonesia terus menggalakan program-program strategis pengembangan peternakan.

Salah satu program strategis yang tengah dimasifkan oleh Kementerian Pertanian (Kementan) adalah penanganan gangguan reproduksi pada ternak. Hal ini disebabkan banyaknya kasus-kasus dilapangan yang berkaitan dengan permasalahan sistem reproduksi ternak yang diakibatkan gangguan penyakit, sehingga mengakibatkan menurunnya angka kelahiran.

Terkait hal tersebut Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menekankan agar pemenuhan dan ketersediaan sumberdaya manusia yang kompeten dalam penangananan gangguan-gangguan penyakit dilapangan harus segera ditindak lanjuti, sehingga kesehatan hewan terkait reproduksi dapat ditanganani dengan baik.

“Kesehatan hewan merupakan hal penting yang harus diperhatikan, dengan demikian mampu meningkatkan harapan hidup hewan ternak sehingga kuantitas dan kualitas produk asal hewan juga akan semakin meningkat, jadi petugas-petugas yang menangani kesehatan hewan harus ditingkatkan lagi,” ujar Amran.

Untuk mendukung program strategis Kementerian Pertania, Balai Besar Pelatihan Kesehatan Hewan (BBPKH) Cinagara yang merupakan balai pelatihan kesehatan hewan satu-satunya di Indonesia menyelenggarakan pelatihan Penanganan Gangguan Reproduksi selama 14 hari, dimulai Minggu (1/9).

Pelatihan yang diikuti oleh 30 orang peserta Mandiri yang berasal dari Provinsi Jawa Barat (5), Jawa Tengah (2), Sumatera Barat (17) dan Sulawesi Tengah (6) ini dilaksanakan di BBBPKH Cinagara Bogor. Pelatihan dibuka secara resmi oleh Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Idha Widi Arsanti.

Dalam sambutan dan arahannya Idha Widi Arsanti mengungkapkan pelatihan ini sangat penting untuk dapat mengatasi permasalahan-permasalahan pada ternak yang dapat menghambat pengembangan ternak di Indonesia.

“Pelatihan penanganan gangguan reproduksi ini sangat penting untuk diketahui, karena dengan adanya kasus-kasus gangguan reproduksi ini pertumbuhan ternak di Indonesia tentunya akan terhambat dan tidak dapat berkembang secara optimal, dengan demikian perlu adanya tindakan-tindakan seperti inseminasi buatan, transfer embrio, dan beberapa teknik lainnya,” ujar Santi.

Lebih lanjut Santi juga mengungkapkan bahwa gangguan reproduksi dapat disebabkan karena kurangnya pemberian asupan nutrisi yang baik pada ternak.

“Selain itu juga bergantung dari nutrisi yang diberikan, bagaimana asupan ternak harus optimal dan baik, karena jika asupannya kurang baik maka bisa terjadi penyakit-penyakit gangguan reproduksi dan juga terjadi kondisi-kondisi yang bisa menyebabkan penurunan populasi ternak. Disamping itu manajemen pemeliharaan juga termasuk salah satu yang mendukung penghindaran penurunan populasi ternak,” jelas Santi.

“Saya harap tenaga-tenaga kesehatan hewan di seluruh Indonesia bisa melalukan update inovasi dan teknologi. Untuk kemudian bisa didiseminasikan kepada para peternak. Sehingga dapat menghindarkan gangguan-gangguan reproduksi ternak di lapangan,” tambah Santi.

I Gusti Made Ngurah Kuswandana Kepala BBPKH Cinagara mengungkapkan, pentingnya pelatihan gangguan reproduksi ini, karena untuk dapat mendongkrak peningkatan populasi ternak di Indonesia yang belakangan ini mengalami penurunan.

“Pelatihan ini sangat penting mengingat saat ini peternakan Indonesia sedang tidak baik-baik saja, jadi penurunan populasi dalam 2 tahun terakhir ini mencapai 17% dari angka 14 juta ekor hingga saat ini jumlah populasinya menjadi 11,3 juta ekor. Dengan demikian kita harus tangani dan jawab tantangan ini dengan cepat, salah satu strategi yang bisa kita lakukan adalah kita melatih petugas-petugas kita untuk dapat menangani dan mengatasi kasus-kasus terkait gangguan reproduksi ini,” ujar Made.

“Dirjen PKH sudah berusaha untuk mengembalikan populasi ternak Indonesia ke angka 14 juta ekor, salah satunya yaitu dengan melakukan pengembangan program-program strategis seperti program inseminasi buatan dan transfer embrio yang sudah digalakan secara masif di seluruh Indonesia,” imbuh Made.

“Namun program-program inseminasi buatan tidak akan berhasil jika gangguan reproduksi yang ada di Indonesia ini angakanya cukup signifikan hampir 5% dari total populasi,” pungkas Made.

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *