by

Indonesia Hadir di London Book Fair 2018, Langkah Menuju Market Focus di London Book Fair 2019

Jakarta, MargoPost.com – Setelah sukses menjadi Tamu Kehormatan di Frankfurt Book Fair, Indonesia kini bersiap untuk menjadi pusat perhatian di salah satu perhelatan pameran buku internasional lainnya, yaitu London Book Fair (LBF). Melalui Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Indonesia telah menandatangani nota kesepakatan dengan panitia LBF untuk menjadi market focus pada 2019.

“Sebagai Country Market Focus di London Book Fair 2019, kami (Bekraf) ingin mengambil peluang ini untuk membawa sektor penerbitan di Indonesia dan sektor-sektor lainnya yang berkaitan ke level selanjutnya dengan menampilkan penulis-penulis terkemuka, penerbit dan warisan literasi dan budaya Indonesia yang kaya dengan harapan mampu menyumbangkan kesempatan besar bagi sektor kreatif Indonesia, terutama dalam sektor penerbitan,” ujar Wakil Kepala Bekraf Ricky Joseph Pesik.

Ricky menyampaikan, industri ekonomi kreatif di Indonesia telah mengalami pertumbuhan pesat dalam kurun waktu tiga tahun terakhir. Sektor kreatif Indonesia telah melibatkan sumber daya manusia sebesar 15,9 juta dengan kontribusi 7,3 persen bagi Gross Domestic Product (GDP) atau setara dengan 67 miliar USD dan kontribusi ekspor senilai 20 miliar USD.

Deputi Pemasaran Bekraf Joshua Puji Mulia Simandjuntak menyampaikan kehadiran Indonesia di LBF adalah bagian dari rangkaian kegiatan menuju Indonesia sebagai negara Market Focus di tahun 2019. “Ini adalah upaya Pemerintah Indonesia, Bekraf, dalam memberikan dukungan kepada pelaku kreatif dalam sub sektor penerbitan. Harapan kami adalah terjadinya transaksi bisnis terutama dari perdagangan Intelectual Property (IP) yang memang menjadi nilai tambah utama ekonomi kreatif,” tegas Joshua. Ia menambahkan yang paling penting adalah semakin banyak karya para penulis yang mendapat akses pasar seluas-luasnya termasuk kepada penerbit di manca negara.

Kehormatan untuk tampil di panggung utama LBF ini, menjadikan Indonesia sebagai negara Asia Tenggara pertama yang ditunjuk sebagai market focus di bursa buku internasional yang dikenal menduduki peringkat pertama dalam hal perdagangan hak cipta dan distribusi konten yang meliputi cetakan, audio, TV, film, dan saluran digital tersebut.

“Sejak tahun 2015, jumlah judul buku yang laku di luar negeri meningkat pesat, sampai pada angka di atas 1000 judul, mengalahkan negeri lain di Asia Tenggara. Ini pencapaian yang sangat baik dan menjadi sebuah indikator bahwa karya anak bangsa mampu bersaing dan diminati pasar internasional,” ujar Ketua Harian Komite Pelaksana Indonesia Market Focus di London Book Fair 2019 Laura Prinsloo.

Menurut Laura, program-program yang dilaksanakan oleh Komite Buku Nasional seperti residensi penulis, subsidi dana penerjemahan, pelatihan, dan lain-lain saling berkesinambungan. Ini adalah sinergi yang baik antara Bekraf, Kemendikbud dengan para profesional di luar pemerintah dalam memajukan industri perbukuan tanah air dan merupakan bagian dari diplomasi budaya Indonesia melalui buku.

Sejumlah persiapan dilakukan pihak Bekraf dan Kemendikbud mulai tahun ini. Menempati booth 5 D169 dengan luas 150 meter persegi, kepanitiaan yang dibentuk akan membawa total 300 judul buku di LBF 2018 yang tahun ini memasuki tahun ke-47. Menyesuaikan dengan tema LBF tahun ini yaitu Taking Words Further Content Across Media, panitia juga menyiapkan kesempatan-kesempatan bagi bidang industri kreatif di luar penerbitan buku untuk ikut tampil di LBF 2019 nanti. Untuk itu, selain menghadirkan buku-buku terpilih, panitia menyiapkan penayangan film-film Indonesia yang diangkat dari buku, di bawah kurasi Sekar Ayu Asmara, penulis, sutradara, dan produser film yang akan ikut serta di LBF tahun 2018 ini sebagai narasumber.

“Akan ada peningkatan target pembelian hak cipta baik di bidang penerbitan maupun non buku, dari 2018 menuju 2019. Tahun ini, kami menargetkan 35 judul, dan pada 2019 menjadi 50 judul. Untuk bidang non buku kami akan memasarkan 20 produk nonbuku seperti film, board game, dan application buatan Indonesia pada 2019 nanti,” ujar Kepala Bidang Pemasaran di Komite Pelaksana Indonesia Market Focus di London Book Fair 2019 Thomas Nung Atasana.

Program-program menarik telah disiapkan untuk menyambut kemunculan Indonesia sebagai market focus tahun depan. Di antaranya seminar “Introducing Indonesia and its Creative Content” yang akan menampilkan pembicara Ricky Joseph Pesik (Wakil Kepala Bekraf), Laura Prinsloo (Managing Director Penerbit Kesaint Blanc dan Ketua Komite Buku Nasional), John McGlynn (Pendiri Yayasan Lontar) dan dimoderatori Philip Y. Kim, penulis fiksi dan cerita pendek yang merupakan Direktur Asia Literary Review. Akan diadakan pula Poetry Talk dengan tema “Women Whose Names Were Erased” yang menghadirkan penulis, penyair, dan arsitek Avianti Armand, Maarja Kangro, penulis dan penyair dari Estonia, dan dimoderatori oleh Peggy Hughes, Direktur Program Writers’ Centre Norwich.

Kerja sama bisnis di bidang penerbitan juga telah disiapkan di LBF tahun ini. Di antaranya mempersiapkan penandatanganan pembelian hak cipta dua buku karya Intan Paramadhita “Gentayangan: Pilih Sendiri Petualangan Sepatu Merahmu” (Gramedia Pustaka Utama, 2017) yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan judul “The Wandering” dan “Apple and Knife” (Brow Books, 2018) oleh penerbit Harvill Secker dari grup penerbit Penguin Random House yang akan diwakili oleh Ellie Steel, Senior Editor Penguin Random House, dan juga penandatanganan dengan Kelly Falconer (literary agent).

Sebuah prestasi juga telah diukir dalam partisipasi Indonesia di LBF. Yayasan Lontar menjadi salah satu dari tiga nominator bagi penghargaan Literary Translation Initiative dalam ajang The London Book Fair International Excellence Awards 2018. Bersama American Literary Translators Association (USA) dan Geopoetika (Serbia), Yayasan Lontar akan menghadiri pengumuman pemenang di The Conference Centre, Olympia, London pada 10 April 2018. “Sangat menggembirakan mendapati Lontar Foundation berada dalam daftar tiga finalis penerima Translation Initiative Award. Jika Lontar meraih penghargaan, kami akan mendedikasikannya ke para penulis dan penerjemah di bidang sastra Indonesia,” ujar John McGlynn, pendiri Yayasan Lontar.

Lewat kegiatan mempromosikan kekayaan literasi dan industri kreatif Indonesia di LBF tahun ini, diharapkan kehadiran Indonesia sebagai market focus di LBF 2019 menjadi peluang besar untuk menjadikan bidang penerbitan dan industri kreatif terkait lainnya berperan penting dalam perkembangan ekonomi di Indonesia.

Bekraf mempunyai tugas membantu Presiden RI dalam merumuskan, menetapkan, mengoordinasikan, dan sinkronisasi kebijakan ekonomi kreatif di bidang aplikasi dan game developer, arsitektur, desain interior, desain komunikasi visual, desain produk, fashion, film animasi dan video, fotografi, kriya, kuliner, musik, penerbitan, periklanan, seni pertunjukan, seni rupa, dan televisi dan radio.//Put

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *