by

Konsentrasi di Zona Merah, Pangkas Ancaman Kualitas SDM

MARGOPOST.COM |Hasil survei pemantauan status gizi (PSG) sejak 2015 sampai 2017 di Provinsi Sulawesi Barat menunjukkan bahwa prevalensi angka balita kerdil di Sulbar mengalami peningkatan.

Seorang anggota DPR RI asal Sulbar Andi Ruskati, saat berada di Mamuju, Sulbar, Selasa (4/2/2020) menyampaikan bahwa prevalensi balita pendek (kerdil) di provinsi ini mengalami peningkatan dari 38,4 persen pada 2015 menjadi 40,1 persen di tahun 2017.Sebelumnya di Sulbar, dalam sebuah dialog yang di antaranya membahas soal stunting, Wakil Ketua DPRD Sulbar Abdul Rahim mengaku prihatin atas hasil riset Prakarsa. Di mana riset itu menunjukkan bahwa kasus penderita stunting di Sulbar tertinggi kedua di Indonesia. Tertinggi pertama adalah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).

Di provinsi tersebut, konsumsi gizi pada balita juga menunjukkan bahwa lebih dari separuhnya atau 71,1 persen mempunyai asupan energi kurang, begitupun dengan asupan protein yang sebanyak 46,4 persen. Pada Rabu (5/2/2020), Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian memang menyebutkan, masih ada sebanyak 160 kabupaten yang termasuk ke dalam zona ‘merah’ dalam penanganan masalah stunting.

Tito juga berharap, ke depannya antara pemerintah pusat dan daerah bisa duduk bersama untuk mendapatkan solusi membantu 160 kabupaten itu keluar dari zona merahnya. Memang, stunting tidak hanya membuat anggota legislatif geregetan. Pemerintah sendiri juga berupaya serius menekan angka stunting demi menyadari itu bukan sekadar masalah kurangnya tinggi badan anak. Stunting diyakini pula sebagai ancaman nyata terhadap kualitas dan produktivitas sumber daya manusia.

Itulah pulalah sebabnya, Presiden Joko Widodo berulangkali memberikan perhatian terhadap masalah kesehatan anak tersebut. Dalam beberapa kesempatan, dia meminta agar dilakukan percepatan penyelesaian masalah stunting.

Di acara Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrenbang) Nasional Rancangan RPJMN 2020-2024,pada Desember 2019, misalnya, Presiden menekankan agar pemerintah daerah turun tangan. “Terutama daerah yang sudah pada posisi peta (stunting)-nya merah, itu hati-hati. Semua daerah, semua provinsi ada semuanya. Dulu lima tahun yang lalu kita angkanya 37 persen, gede banget. Sudah turun menjadi 28 persen. Tapi itu masih tinggi sekali,” tuturnya.

Tim medis Rumah Sakit Indriati Solo Baru, Sukoharjo memberikan sosialiasasi pemberian gizi bayi untuk mencegah kegagalan tumbuh kembang anak (stunting). Foto : Antara/Maulana Surya/aww.

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *