by

Integrasi Pendidikan dan Kebutuhan Industri

MARGOPOST.COM  | — Wajah Presiden Jokowi terlihat senang ketika berjumpa dengan Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong di Semarang. Saat itu kedua pimpinan negara akan meresmikan Kawasan Industri Kendal yang sebagian besar didanai oleh investor Singapura. Dengan membangun sebuah kawasan industri berbiaya Rp7 triliun, Jokowi berharap pada akhirnya Indonesia bisa mendatangkan investasi sebesar Rp200 triliun. Pabrik-pabrik di kawasan industri itu juga akan menyerap sampai 500 ribu tenaga kerja.

Industri yang sudah masuk di KIK berasal dari Indonesia, Singapura, Malaysia, dan Jepang dengan berbagai sektor seperti industri furnitur, makanan, dan baja, juga industri elektronika, otomotif, dan kimia dasar.

KIK yang berlokasi di Kecamatan Kaliwungu dan Brangsong, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah ini memiliki total lahan pengembangan tahap pertama seluas 996,4 hektar dari total 2.700 hektar. Di sekitar kawasan telah terintegrasi pelabuhan laut Kendal, Pelabuhan Tanjung Mas, dan stasiun kereta api untuk memudahkan arus barang.

Kawasan ini terletak sekitar 21 km dari sebelah barat Semarang, 20 km dari Bandara Internasional Ahmad Yani, dan 25 km ke Pelabuhan Tanjung Emas. Pembangunan KIK di luar dari program pembangunan 14 kawasan industri baru yang digagas pemerintahan Jokowi untuk periode 2015-2019.

Kawasan industri bukan hanya terpusat di Jawa, tetapi juga tersebar di seluruh tanah air. Salah satu contoh keberhasilan kawasan industri adalah Jababeka. Kawasan ini mampu menyerap sampai sejuta tenaga kerja dengan efek multiplier ekonomi yang luar biasa.

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto berharap berbagai kawasan industri, baik yang ada di Jawa maupun luar Jawa, bisa semakin terkoneksi. Dengan tersambungnya kawasan industri, maka akan memacu pertumbuhan perekonomian nasional.

Airlangga berharap, pengembangan kawasan industri seperti di wilayah Bekasi Selatan dapat direplikasi untuk 100 wilayah lainnya di Indonesia. Contohnya kawasan industri Jababeka yang terbukti mampu memperlihatkan multiplier effect dari aktivitas industrialisasi dapat berkontribusi signifikan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).

Dengan satu juta orang lapangan pekerjaan yang berhasil diciptakan di kawasan industri tersebut, GDP-nya dari seluruh pabrik lebih dari USD35 miliar per tahun atau GDP-nya per kapita sebesar 35 ribu dolar AS.

Jika pada 2019 ini beroperasi 18 kawasan industri baru di berbagai wilayah di seluruh Indonesia, kita bisa hitung berapa dampak ekonomi yang bisa dihasilkan. Jika sebuah kawasan industri rata-rata sanggup menyerap 500 ribu tenaga kerja, akan ada 9 juta tenaga kerja yang bisa disediakan.

Tentu saja suplai tenaga kerja untuk berbagai kawasan industri ini sangat bergantung pada output lembaga pendidikan. Pemerintah juga mulai memikirkan bagaimana mengisi kebutuhan tenaga industri dengan mengintegrasikan kurikulum pendidikan dengan kebutuhan industri.

Sebagai contoh, di Karawang, misalnya. Berdirinya sebuah pabrik keramik pada akhirnya mendorong sebuah SMK untuk mendirikan jurusan industri keramik. Industriawan membantu mendesain kurukulum serta perangkat untuk praktek anak didik. Lulusan dari sekolah tersebut akan berpeluang mengisi kebutuhan tenaga pabrik keramik tersebut.

Pengembangan lembaga pendidikan dan kebutuhan tenaga kerja juga diintegrasikan pada Kawasan Ekonomi Khusus. Untuk wilayah dengan potensi wisata, pemerintah mendorong SMK untuk membuka jurusan yang ada kaitannya dengan wisata dan berbagai variannya. Sebagai contoh di selutar Danau Toba, kini berdiri sebuah SMK yang khusus jurusan pengelolaan penginapan. Murid-murid diajarkan bagaimana melayani wisatawan dan manajemen hotel. /RD

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *