by

Sekali Lagi, Apresiasi bagi Sang Jenderal Berprestasi

Tak hanya lulus tes Akabri, di saat bersamaan pemuda berotak encer ini juga berhasil lolos dalam ujian penerimaan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya, seleksi masuk Fakultas FISIP Jurusan HI UGM, dan Sekolah Tinggi Akuntansi Negara.

MARGOPOST.COM | JAKARTA – Surat bernomor R51 tertanggal 21 Oktober 2019 dikirimkan Presiden Jokowi ke DPR. Isinya, permintaan pemberhentian Tito Karnavian sebagai Kapolri. Merespons itu, sebanyak 515 anggota DPR yang hadir dalam Paripurna, Selasa (22/10/2019), memberikan persetujuan.

Dalam suratnya, Presiden Jokowi mengemukakan alasan pengunduran diri Tito. Disebutkan, Tito akan mengemban tugas negara dan pemerintahan lain. Kendati substansi surat-menyurat itu lumayan mengejutkan, tapi kepercayaan yang kembali diberikan Presiden Jokowi kepada Muhammad Tito Karnavian sangatlah wajar.

Kisah hidup pria kelahiran di Palembang, Sumatra Selatan, dari pasangan H Achmad Saleh-Hj Kardiah itu memang terkesan nisbi menggembirakan. Dianugerahi kecerdasan yang menonjol, Tito muda yang memulai pendidikan dasarnya di SD Xaverius 4 Palembang dan SMP Xaverius 2 Palembang, lalu pendidikan lanjutan di SMA Negeri 2 Palembang, pada tahap berikutnya tercatat berhasil lulus di banyak tes yang diadakan lembaga negara dan universitas.

Tak hanya lulus tes AKABRI (Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia), Tito juga mampu menuntaskan soal-soal ujian untuk penerimaan mahasiswa di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya. Bukan hanya itu, Tito juga lolos seleksi masuk Jurusan HI (Hubungan Internasional) di Universitas Gajah Mada. Bahkan, Tito juga dinyatakan lulus tes masuk Sekolah Tinggi Akuntansi Negara.

Ketika itu, kendati sang ibunda yang berprofesi sebagai bidan berharap buah hatinya menjadi dokter, Tito memilih AKABRI. Pendidikan militer dituntaskan Tito pada 1987 dengan menyandang predikat sebagai lulusan terbaik dan menerima penghargaan Bintang Adhi Makayasa.

Di tahun yang sama, Tito ditugaskan sebagai Perwira Samapta Polres Jakarta Pusat. Berselang satu tahun, kenaikan pangkat menghampirinya dan Tito pun dipercaya mengisi jabatan sebagai Kepala Unit Reserse Polres Metro Jakarta Pusat, hingga tahun 1991. Di tahun itu juga, tercatat Tito mengakhiri masa lajangnya dengan menyunting Tri Suswati, pacarnya semasa SMA, yang kemudian keduanya dianugerahi tiga anak.

Seiring waktu, jabatan strategis pun mulai diletakkan di pundak Tito. Mulai dari Wakil Kepala Polsek Senen, lalu di Polsek Sawah Besar. Pada 1993, Tito Karnavian menuntaskan pendidikan masternya (Master of Arts) di bidang Police Studies. Tiga tahun berselang, Tito juga menyelesaikan pendidikannya di Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK) di Jakarta sebagai lulusan terbaik.

Pada kurun itu, penghargaan Bintang Wiyata Cendekia pun diterima Tito. Dan dia kemudian menjabat sebagai Sespri Kapolda Metro Jaya. Selanjutnya, Tito ditugaskan mengisi jabatan sebagai Kapolsek Cempaka Putih hingga tahun 1997. Pada tahun itu pula, Tito memperoleh promosi sebagai Sespri Kapolri.

Di tahun yang sama, Tito melanjutkan pendidikan di Royal New Zealand Air Force Command & Staff College, Auckland, New Zealand, serta memperoleh gelar Bachelor of Arts (BA) dalam bidang Strategic Studies di Massey University, New Zealand. Saat awal era reformasi, Tito menjalani sejumlah rotasi di berbagai jabatan kepolisian di wilayah Jakarta.

Mulai dari Kasat Serse Ekonomi Reserse Polda Metro Jaya, lalu Kasat Serse Umum Reserse di Polda Metro Jaya hingga 2002. Di pos itulah, Tito mencetak prestasi dengan menangkap buronan Hutomo Mandala Putra atau Tommy Suharto dalam kasus pembunuhan berencana Hakim Agung Syarifuddin Tumenggung. Kenaikan pangkat luar biasa pun diperoleh Tito.

Tito kemudian ditugaskan ke Makassar untuk mengisi jabatan sebagai Kasat Serse Tipiter Reserse Polda Sulawesi Selatan. Namun tak lama, dia kembali ke Polda Metro Jaya dan mengisi posisi Koorsespri Kapolda Metro Jaya. Pos baru kembali diisi Tito sebagai Kasat Serse Keamanan Negara Reserse Polda Metro Jaya, pada 2003.

Setahun kemudian, saat Detasemen Khusus 88 atau Densus 88 Antiteror dibentuk Kapolda Metro Jaya Jenderal Firman Gani, AKBP Tito Karnavian terpilih mengisi posisi sebagai Kaden 88 Anti Teror Polda Metro Jaya. Di bawah komando Tito, Densus 88 melumpuhkan aksi gembong teroris Azhari. Pelaku teror asal Malaysia itu meregang nyawa dalam penggerebekan yang dilakukan di Malang pada 2005. Tito pun memperoleh kenaikan pangkat satu tingkat.

Di tahun yang sama, Tito dipindahtugaskan ke Serang, Banten, dan menjabat sebagai Kapolres Serang. Tak lama, pos Tito kembali digeser. Kali ini, Tito mengisi posisi sebagai  Kasubden Bantuan Densus 88 Anti Teror Bareskrim Polri. Selang setahun, Tito dipercaya menjabat sebagai Kasubden Penindak Densus 88 Antiteror Bareskrim Polri.

Tour of duty dilakukan Tito. Dia selanjutnya mengisi jabatan Kasubden Intelijen Densus 88 Antiteror Bareskrim Polri. Di era ini, Tim Densus 88 tercatat berhasil menangkap tersangka kerusuhan Poso. Dan pada 2009, Tito pun dipromosikan menjadi Kadensus 88 Antiteror Bareskrim Polri hingga 2010. Di bawah kendalinya, Densus 88 kembali mencatatkan prestasi dengan menangkap salah satu pimpinan kelompok terorisme, Noordin M Top.

Taburan prestasi yang ditorehkan Tito membuatnya kembali memperoleh promosi jabatan. Kali itu, Tito Karnavian mengisi jabatan barunya sebagai Deputi Penindakan dan Pembinaan Kemampuan di Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), kurun waktu 2011 hingga 2012. Pada 2013, gelar PhD di bidang Strategic Studies with interest on Terrorism and Islamist Radicalization dari S Rajaratnam School of International Studies, Nanyang Technological University, Singapore, dengan predikat magna cum laude melesat ke genggaman Tito.

Pos berikutnya bagi Tito adalah sebagai Kapolda Papua. Tapi tak lama, Tito kembali ditarik ke Mabes Polri dan mengisi jabatan prestisius sebagai Asisten Kapolri Bidang Perencanaan Umum dan Anggaran (Asrena). Selanjutnya, Tito pun balik kandang ke Polda Metro Jaya untuk mengisi posisi sebagai pucuk pimpinan.

Setahun kemudian, tepatnya pada Maret 2016, Tito ditunjuk mengisi job kepangkatan Komisaris Jenderal, sebagai Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT). Dan pada pertengahan 2016 Presiden Jokowi menunjuk Tito sebagai Kepala Kepolisian Republik Indonesia dan menambah satu bintang kepangkatan baginya.

Sederet prestasi dan karir yang cemerlang itulah yang menjadi modal besar bagi Jenderal Tito Karnavian yang hari ini menjalani pelantikan untuk mengisi jabatan politiknya sebagai Menteri Dalam Negeri dalam Kabinet Indonesia Maju yang akan bertugas hingga 2024.

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *