by

Sambut Idul Fitri, Masyarakat Abaikan Covid-19?

MARGOPOST.COM | Depok – Proses penularan Virus Corona atau Covid-19 terus terjadi. Tingginya tingkat penularan disebabkan masih banyak orang keluar rumah meski alasan yang tidak mendesak. Seperti ngabuburit.

Kelompok masyarakat rentan pun belum menyadari bahwa dirinya memiliki potensi tinggi untuk tertular. Alhasil kasus pasien positif terinfeksi virus ini pun terus bertambah. Masyarakat abaikan Covid-19?

Di Sawangan, Depok, Bogor Jawa Barat misalnya, wilayah ini tetap ramai di sore hari menjelang buka puasa. Hal sama di Wilayah Brigif, Jakarta Selatan, malam hari masih terlihat macet di titik tertentu.

Contoh lain yang membuat tambah miris adalah, ratusan orang berkumpul di MC Donald Sarinah beberapa waktu lalu untuk menghabiskan malam terakhir, sebelum lokasi yang di klaim menyimpan banyak kenangan itu di tutup selamanya. Belum lagi terlihat kerumunan warga di jalan dan berbelanja di pasar.

Padahal, Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) belum ada pelonggaran, pemerintah masih mengevaluasi angka dan fakta di lapangan terkait penanganan Coivd-19. Banyak wilayah pun di karantina, sampai membuat para ojek online (ojol) bingung mencari jalan agar paket pengiriman sampai ke tangan konsumen. Para pedagang pun kesulitan menjajahkan dagangannya. Sementara warganya? Banyak yg keluar rumah, seakan karantina berlaku hanya untuk wilayahnya saja, bukan warganya.

Mereka terkesan tak peduli dengan virus mematikan ini. Bagaimana di Idul Fitri yang tinggal beberapa hari ini? Akankah mereka tetap datang ke sanak saudara untuk bersilaturahmi?

Jika melihat Data terbaru menurut Jubir Pemerintah untuk Penanganan Covid-19, Achmad Yurianto, yang sudah terjangkit Covid-19 mencapai 373 kabupaten yang tersebar di 34 provinsi, sementara volume Orang dalam Pemantauan (ODP) maupun pasien dalam pemantauan (PDP) masing-masing mencapai 249.015 dan 31.994 orang.

Jokowi, memang mengatakan, warga Indonesia harus berdamai dengan Covid-19, karena informasi terakhir dari WHO, meski kurva sudah berkurang tapi virus tidak akan hilang. Artinya, imbauan kepada masyarakat agar tak menyerah dan tidak boleh menjadi tidak produktif karena virus Corona. Sayangnya, masyarakat salah mengartikan, sehingga mereka benar-benar berdamai dengan Corona hingga tak peduli atas kehadirannya.

Sementara, Kementerian Agama (Kemenag) telah mengeluarkan edaran No 6 tahun 2020 tentang Panduan Beribadah Ramdhan dan Idul Fitri 1 Syawal 1441 H di tengah pandemi Covid-19. Kemungkinan besar, masyarakat tidak diperbolehkan Shalat Ied berjamaah di masjid atau di lapangan sepak bola dan bersilaturahmi ke tetangga dan kerabat.

Selama Bulan Ramadhan ini, memang masih banyak masyarakat Indonesia terkesan tak perduli dengan Covid-19. Sepertinya hal yang sama akan berlaku pada Hari Raya. Melarang mudik, sama susahnya ketika masyarakat dilarang untuk berdiam diri di rumah. Mengubah perilaku dan budaya memang agak sudah. Idul Fitri tahun ini seharusnya akan berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Namun kenyataannya, sepertinya tidak jauh berbeda.

Hal tersebut terbukti, tidak sedikit masyarakat mengabaikan yang dikatakan Kepala Negara dan edaran Kemenag. Pasca penerbangan dibuka kembali, terlihat membludaknya penumpang di Bandara Internasioal Soekarno-Hatta (Soetta) dan di jalan raya pun, warga yang menggunakan mobil untuk mudik, memilih jalan tikus untuk menghindari para petugas di lapangan dan pos-pos pemerikasaan. Padahal, polisi sudah memperingati masyarakat untuk tidak mencoba mudik dengan jalur tikus karena rawan akan tindakan kejahatan dan berpotensi menularkan Covid-19 selama di perjalanan. Imbauan pemerintah untuk tidak mudik ini masih banyak orang yang melanggarnya.

Menurut Psikolog Siti Suminarti, agak riskan kalau pulang kampung di saat seperti ini. “Ingat, larangan untuk tidak pulang kampung bukan kemauan perseorangan, tetapi demi menjaga keamanan wilayah. Mereka yang ada di kampung pun harusnya paham dengan situasi ini dan meminta sanak saudara yang ingin pulang kampung untuk menahan diri hingga situasinya mereda,” ujarnya.

Apalagi bagi mereka yang menetap di zona merah. Wilayah mereka yang diduga terjadi penyebaran cukup masif virus Covid-19 harusnya menjadi perhatian utama. Jangan sampai mereka membawa virus berbahaya ini ke kampung halaman.

Sementara itu, menurut Dokter paru RS Persahabatan, Andika Chandra Putra, setiap orang yang mudik, terutama orang tanpa gejala (OTG), sangat berisiko membawa virus ke kampung halaman dan menularkan virus tersebut kepada anggota keluarga dan masyarakat di sekitarnya tanpa sepengetahuan orang tersebut.

“Walaupun kita enggak merasa sakit, tapi kita sudah sangat berisiko membawa virus itu karena seluruh Indonesia, terutama Jakarta, sudah menjadi daerah episentrum, sehingga kita berisiko menulari keluarga,” jelasnya.

Ketika PSBB dianggap gagal karena ketidak pedulian masyarakatnya, muncul hestek “Indonesia Terserah”. Ingat, pemerintah tidak bisa bekerja sendiri untuk memberantas Covid-19 yg sudah meraja lela. Masyarakat harus membantu dengan mengikuti peraturan yang ada. (han)

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *