by

Pelabuhan Ikan Lampulo Aceh Dangkal, Nelayan Kesulitan Mencari Ikan

MARGOPOST.COM | ACEH — Air muara dermaga Pelabuhan Perikanan Samudera I Kutaradja, Lampulo, Banda Aceh dangkal membuat nelayan kecewa. Akibatnya kapal-kapal yang hendak berlabuh dan berangkat sering kandas, hingga harus menunggu air pasang.

Kondisi ini sudah dialami oleh nelayan sejak pertama kali diresmikan oleh Wakil Presiden, H Muhammad Jusuf Kalla tanggal 13 Desember 2015 lalu. Pelabuhan bertaraf nasional ini sering mengalami kedangkalan, meskipun berulang kali dikeruk.

Anggota Panglima Laot Krueng Aceh Bidang Hukum Nelayan, Irman (60) mengaku semua nelayan yang berlabuh di sini mengeluhkan dangkal dermaga. Akibatnya warga merugi, karena harus menunggu air pasang baik mau berangkat maupun berlabuh.

“Kami sangat mengeluhkan dermaga dangkal, padahal sudah sering dikeruk. Itu hasil dikeruk tanah belum kering, sekarang dangkal lagi,” kata Irman, Kamis (7/2) di Banda Aceh.

Irman sendiri mengaku heran, proses pengerukan agar tidak dangkal baru saja dilakukan sekitar 15 hari lalu. Namun kondisinya saat air laut surut, kapal nelayan ukuran 10-60 gross ton (GT) selalu kandas, bila air laut sedang surut.

Berdasarkan pantauan Irman, setiap hari ada saja kapal nelayan yang berlabuh maupun hendak berangkat kandas. Kondisi ini sudah berlangsung lama, namun pihak pemerintah seperti tidak peduli dengan kondisi dermaga seperti ini.

Pelabuhan Ikan Lampulo Dangkal 2019 Merdeka.com/afif

Faktanya memang demikian. Dua kapal berbendera Malaysia yang ditangkap karena melakukan penangkapan ikan secara ilegal di perairan Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia (ZEEI) Selat Malaka, saat digiring ke Pelabuhan Perikanan Lampulo, Banda Aceh, Rabu (6/2) kandas.

Bahkan satu kapal berukuran 60 GT tak lagi bisa bergerak akibat kandas di depan jalur masuk ke dermaga. Sedangkan satu kapal lagi berusaha mencari jalur lain, namun lagi-lagi kandas akibat muara yang dangkal. Sehingga kedua kapal itu tak bisa merapat, harus menunggu air pasang terlebih dahulu.

“Kami sudah sampaikan kepada DKP (Dinas Keluatan dan Perikanan), tetapi yang seperti inilah,” jelasnya.

Katanya, setiap hari ada saja kapal yang kandas dan harus berlabuh lama di dermaga. Akibatnya nelayan harus menambah modal untuk membeli es lain sebelum kembali berangkat melaut. Demikian juga yang hendak membongkar muatan, harus menunggu air pasang, baru bisa berlabuh.

“Setiap hari begitu. Kalau mau berangkat jam 10 pagi, kalau air surut harus menunggu besoknya atau sore. Ini kan sangat merugikan kami,” tukasnya.

Menurut Irman, butuh kedalaman 4 meter dermaga itu agar kapal-kapal tidak kandas. Saat ini dia memperkirakan hanya memiliki kedalaman 2,5 meter. Ini dilihat dari kapal miliknya selalu kandas, padahal hanya membutuhkan kedalaman 2 meter kapal bisa lewat.

“Yang jelas 2 meter kedalaman boat kandas. Ada 200 kapal lebih setiap hari berlabuh di sini,” ungkapnya.

Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Aceh sudah berusaha untuk diminta keterangan terkait dengan dangkal dermaga. Namun berkali-kali menghubungi nomor yang biasa ditelepon tidak aktif./merdeka/ratu

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *