by

Manfaat Molting Pada Ayam Petelur

MARGOPOST.COM | Bogor – Apa itu molting? Sebagian dari peternak pasti sudah mengenal istilah tersebut. Ya, nama lain molting adalah rontok bulu. Dalam masa hidupnya, seekor unggas akan mengalami suatu periode di mana bulu-bulu yang terdapat pada tubuhnya lepas dan berganti dengan bulu-bulu yang baru. Keadaan demikianlah yang dikenal dengan istilah molting. Jadi, molting adalah suatu proses perontokan bulu yang biasa dialami oleh unggas setelah mencapai masa produksi tertentu. Berbagai jenis unggas, seperti itik, ayam kampung petelur, ayam Arab, serta ayam petelur komersial bisa mengalami molting. Selama ini proses molting memang masih jarang dipraktekkan oleh peternak ayam. Biasanya ayam petelur yang telah memasuki umur 80 minggu akan langsung diafkir dan dijual di pasar. Meski begitu ternyata ada pula sebagian kecil peternak yang tidak langsung mengafkir, tetapi lebih memilih melakukan molting pada ayam tuanya. Kira-kira apa alasan dilakukannya molting dan apa saja manfaat yang bisa diperoleh peternak? Berikut bahasannya. Prinsip utama force molting adalah memberikan masa istirahat bertelur bagi ayam tua. Agar ayam bisa beristirahat, maka kita perlu memberikan “cekaman” pada ayam, barulah produksi telur terhenti dan alat-alat reproduksinya akan mengalami “perbaikan”. Ujar Widyaiswara BBPKH Cinagara drh E Nia Setiawati, MP
Beberapa contoh metode force molting di antaranya dengan mengurangi jumlah ransum secara bertahap, memuasakan ayam tanpa diberi ransum sama sekali selama beberapa waktu, atau merubah susunan formulasi ransum. Namun, dari beberapa metode tersebut, yang paling sering dilakukan di lapangan adalah metode kedua yaitu memuasakan ayam.
Proses force molting yang dilakukan pada ayam petelur yang sudah tua memang memiliki beberapa efek positif, di antaranya:
1. Setelah force molting, yaitu ketika bulu baru sudah tumbuh, ayam akan kembali bertelur meski jumlah produksinya tidak setinggi masa bertelur normal. Produksi telur biasanya bervariasi sekitar 10-30% lebih rendah dari normalnya, tergantung status kesehatan dan tingkat cekaman stres yang dialami ayam. Untuk gambaran saja, sebelum force molting selama satu periode yaitu dari umur 20-80 minggu, satu ekor ayam rata-rata bisa menghasilkan 20 kg telur. Sedangkan setelah force molting, ayam hanya mampu memproduksi 11-12 kg telur. Selain itu, ayam yang telah mengalami force molting masa produksinya lebih singkat. Kalau dari umur 20 mingguan sampai afkir bisa berproduksi selama 50-60 minggu, tetapi setelah proses force molting biasanya ayam hanya berproduksi sekitar 25-30 minggu, kemudian diafkir. Proses force molting ini hanya dilakukan satu kali.
2. Setelah force molting, kualitas telur yang dihasilkan akan lebih baik, di mana ukuran telur bisa lebih besar/berat dari normal dan warna kerabang lebih baik. Menurut penelitian Widodo (2008), dilaporkan bahwa program force molting memberikan hasil yang memuaskan terhadap kualitas telur. Kerabang telur menjadi coklat kembali dan kualitas kerabang lebih tebal.
3. Molting mampu melanjutkan produksi dan memperbaiki kualitas telur tersebut melalui proses peremajaan ayam. Hal ini disebabkan adanya perbaikan fungsi ovarium (penghasil sel telur) oleh sel atau jaringan baru (Barua et al., 2001). Menurut North dan Bell (1990), programforce molting dalam kondisi tertentu dipandang lebih menguntungkan dalam banyak hal, di antaranya lebih hemat biaya ransum, serta bisa memperbaiki kualitas dan produksi telur.

Demikian bahasan tentang force molting, ada banyak pertimbangan apakah force molting perlu dilakukan atau tidak, tentunya tergantung pada perhitungan ekonomisnya. Selama menguntungkan, kenapa tidak coba dipraktekkan? Semoga bermanfaat. Tutup Nia.

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

1 comment