by

Langkah Sang Maestro Media Jakop Oetama Lahirkan Koran Kompas

MARGOPOST.COM | JAKARTA – Tentunya masih segar dalam ingatan, beberapa minggu yang lalu Indonesia kehilangan maestro media pendiri Kompas Gramedia, Jakob Oetama pada usia 88 tahun.
Walaupun raganya sudah tidak bersama tapi hasil karya Jakoep Oetama tetap akan dikenang dan menjadi bagian sejarah serta masih bisa dinikmati oleh generasi penerus bangsa. Terutama bagi penerus bangsa yang terjun dalam dunia jurnalistik.

Kibrah dan sepak terjang Jakob dalam pembangunan bangsa dilakukan melalu media karena dengan media atau jurnalistik dapat menumbuhkan semangat dan inspirasi untuk melakukan perjuangan.

Kecintaannya pada dunia pendidikan membuat Jakob bercita-cita untuk menjadi seorang guru. Cita-cita inilah yang memberanikan diri Jakob untuk segera merantau ke Jakarta. Berbekal pesan dari sang yang yang memintanya untuk menemui kerabat sang ayah bernama Yohanes Yosep Supatmo pada 1952 yang pada saat baru saja mendirikan Yayasan Pendidikan Budaya.
Yayasan ini mengelola sekolah-sekolah buday, namun justru Jakob mendapatkan pekerjaan pertamanya sebagai guru di SMP Mardiyuwana, Cipanas, Jawa Barat, pada tahun 1952 hingga 1953.
Tahun 1953 – 1954 Jakob pindah ke Sekolah Guru Bagian B di Lenteng Agung, Jakarta, kemudian pindah lagi ke SMP Van Lith di Gunung Sahari pada 1954-1956.
Keinginan yang kuat membuat Jakob sembari mengajar juga meluangkan waktu untuk melanjutkan pendidikan tingkat tinggi dengan kuliah B-1 Ilmu Sejarah. Selanjutnya Jakob melanjutkan sekolah ke Perguruan Tinggi Publisistik Jakarta serta Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Gadjah Mada (UGM) hingga lulus pada 1961.
Ternyata minatnya pada Ilmu Sejarah-lah yang menumbuhkan minat Jakob Oetama untuk menulis sehingga Jakob berkenalan dengan jurnalistik saat bekerja sebagai sekretaris redaksi mingguan Penabur.
Awal kelahiran Kompas adalah pada saat bersama temannya PK Ojong di tahun 1963 menerbitkan majalah Intisari. Majalah Intisari inilah merupakan cikal-bakal berdirina Kompas Gramedia.
Kepekaan Jakon pada masalah manusia dan kemanusiaanlah yang menjadi roh spiritualitas Harian Kompas, yang terbit pertama kali pada tahun 1965.
Kelahiran Kompas juga dipengaruhi oleh permintaan Menteri/Panglima TNI AD Letjen Ahmad Yani, melalui Menteri Perkebunan Frans Seda dari Partai Katolik, agar partai tersebut mendirikan surat kabar.
Pada masa itu memang hampir semua partai di Indonesia mempunyai corong. Kondisi politik Indonesia pada masa itu dipengaruhi oleh tiga kekuatan. Ketiga kekuatan tersebut adalah Bung Karno sebagai Pemimpin Besar Revolusi dan Kepala Pemerintahan yang mengonsolidasikan kekuatan dan kekuasaan politiknya melalui pengembangan demokrasi terpimpin. Lalu, ABRI yang berusaha meredam kekuatan politik Partai Komunis Indonesia melalui kerja sama dengan organisasi-organisasi masyarakat dan politik non atau anti-komunis. Selanjutnya, PKI yang saat itu berusaha merapat ke Bung Karno. Jendral Ahmad Yani lah yang mengagas bahwa Partai Katolik perlu memiliki sebuah media untuk mengimbangi kekuatan PKI.
Inilah alasan yang membuat Jakob dan Ojong sepakat untuk mendirikan surat kabar yang berperan menjadi penengah. Pada akhirnya walaupun terlahir atas inisiatif tokoh Partai Katolik, tetapi koran mereka didirikan tidak menjadi corong partai.
Justru Koran Kompas ini yang sebelumya bernama ‘Bentara Rakyat’, mengangkat semua golongan sehingga harus bersifat umum. Hal ini didasari pada kondisi Indonesia yang majemuk sehingga harus dapat menjadi cermin dari realita Indonesia untuk mengatasi suku, agama, ras, dan latar belakang.
Jakob bertekat bahwa Koran yang didirikannya ini haruslah mencerminkan miniaturnya Indonesia.
Tujuan utama Koran ini adalah menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, dengan moto “Amanat Penderitaan Rakyat” sehingga koran ini bukanlah corong partai sebagai sarana untuk kemajuan Indonesia karena
KOMPAS, nama inilah yang pada akhirnya dberikan oleh Presiden Soekarno karena sesuai fungsinya kompas adalah benda untuk menunjukan arah dan jalan dalam mengarungi lautan dan hutan rimba!
Lebih dari setengah abad nama Kompas Gramedia abadi dan berkembang hingga menjadi bisnis multi-industri./red

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *