Efisiensi dalam berusaha tani dapat dirasakan petani dengan mengurangi tenaga kerja, kontrol kebutuhan unsur hara tanaman dapat dilakukan secara akurat setiap hari, mengurangi biaya untuk penggunaan pupuk atau pestisida dan meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan.
Tingkat pendidikan merupakan salah satu penghambat untuk menerapkan smart farming. Penduduk yang berusia lebih dari 40 tahun memiliki lebih sedikit kontak dengan teknologi, sehingga para petani sering memiliki kesulitan dalam menerapkan smart farming.
Salah satu kunci pendukung mewujudkan terobosan ini adalah keterlibatan generasi milenial, khususnya kaum mahasiswa yang memiliki semangat ataupun gebrakan berinovasi dan melakukan perubahan dengan cara baru atau modern guna mengoptimalkan segala sumber daya, meminimalkan input dan menciptakan hasil yang maksimal secara berkelanjutan.
Dengan demikian, sektor pertanian akan menjadi pilihan terhormat dan bermartabat, Prof. Dr. Ir. Dedi Nursyamsi, M. Agr., Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian pada PENAS KTNA XVI tanggal 10-15 Juni 2023 di Padang, Sumatera Barat akan memprioritaskan hajat itu pada peningkatan Sumber Daya Mannnusia petani. (*)
Comment