by

Kementan Dorong Penguasaan Teknis Garda Terdepan Pengendali Gangguan Reproduksi Ternak

MARGOPOST.COM | GARUT – Untuk meningkatkan kualitas kesehatan ternak serta mendukung produktivitas peternakan, Balai Besar Pelatihan Kesehatan Hewan (BBPKH) Cinagara mengadakan pembekalan teknis dan praktik lapangan tentang penanganan gangguan reproduksi pada ternak bagi peserta pelatihan gangguan reproduksi angkatan tiga (III).

Pelatihan teknis ini diadakan di KUD Kecamatan Bayongbong Kabupaten Garut, 27-31 Oktober 2024.

Terkait hal tersebut Menteri pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menyatakan dalam pengembangan manusia Indonesia, Kementan memprioritaskan program-program pada pengembangan SDM baik secara teoritis paupun praktis (praktik di lapangan), sehingga mampu mendongkrak daya saing sumberdaya manusia (SDM) Pertanian yang kompeten dan professional di lapangan.

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), Idha Widi Arsanti mengungkapkan jika peran BPPSDMP tidak hanya terbatas pada peningkatan kapasitas sumber daya manusia secara teoritis, tetapi juga teknis, sehingga benar-benar professional di lapangan.

Terkait hal tersebut untuk mendukung pelatihan Gangguan Reproduksi Angkatan ke tiga ini, BBPKH Cinagara melakukan kerjasama dengan pemerintah Kabupaten Garut dalam penyediaan sarana penunjang berupa lokasi praktik lapangan pada pelatihan gangguan reproduksi ternak.

Kepala BBPKH Cinagara I Gusti Made Ngurah Kuswandana menyampaikan bahwa pelatihan teknis ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan teknis peternak dan tenaga pendukung dalam menangani berbagai jenis gangguan reproduksi pada ternak, seperti gangguan kesuburan, infeksi reproduksi, dan masalah kehamilan. Gangguan reproduksi menjadi salah satu faktor utama yang dapat menurunkan produktivitas ternak dan berdampak langsung pada pendapatan peternak.

“Masalah reproduksi pada ternak sering kali kurang mendapat penanganan yang tepat karena keterbatasan pengetahuan di lapangan. Melalui pelatihan teknis ini, kami berharap peternak dapat mendeteksi dini tanda-tanda gangguan reproduksi dan melakukan tindakan preventif atau kuratif yang tepat,” ujar Made.

Selain pembekalan teori, peserta pelatihan mendapatkan kesempatan untuk praktik langsung di lapangan dengan pendampingan dari tim dokter hewan. Para peserta diajarkan cara melakukan pemeriksaan fisik ternak, identifikasi gejala gangguan reproduksi, serta prosedur penanganan awal. Tak hanya itu, peserta juga dibekali dengan informasi tentang pemeliharaan nutrisi dan manajemen kesehatan yang dapat mencegah gangguan reproduksi.

Made juga menuturkan pemilihan Kabupaten Garut sebagai lokasi praktik studi kasus pelatihan gangguan reproduksi Angkatan ke tiga ini, dikarenakan banyaknya populasi ternak dan masih tingginya kasus ganguan reproduksi di lapangan.

“Dengan masih banyaknya kasus yang terjadi di Kabupaten Garut ini memungkinkan setiap peserta dapat mencari dan mengidentifikasi berbagai macam kendala terkait sistem reproduksi ternak secara langsung di lapangan, sehingga nantinya dapat diterapkan secara riil ketika bertugas di wilayah kerjanya masing-masing,” pungkas Made.

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *